Novel Muhammad Sang Bintang Kejora
MUHAMMAD SANG BINTANG KEJORA
Penulis : Shodiq ElHamba
Genre : Novel Sejarah Biografi
Hujan rintik-rintik Pada Bulan April
Hujan rintik-rintik turun bulan april. Hujan yang
membawa kabar gembira dan kemenangan. Sebuah
kabar yang membelalakkan mata pada hati yang
durjana. Tapi melembutkan hati para manusia yang menanti-
nanti.
Alam semesta berada dalam genggamannya. Langit
dan bintang-bintang dalam kebahagiaan. Para malaikat saling
berbagi cerita. Kebahagiaan adalah kedamaian. Seluruh
makhluk berada dalam suasana damai.
Dari tempat yang tak jauh dari rumah yang sederhana,
sang bintang kejora, bayi pembawa perubahan oleh Allah akan
segera dilahirkan. Matanya melengoh. Dadanya bergetar hebat.
Ada sesak yang tak bisa ia tampung. Antara duka dan bahagia
baginya tidak bisa diceritakan. Sungguh malam kedua belas ini sangatlah berbeda. Demikian yang dirasakan orang tua itu.
Malam kedua belas. Sebuah kejadian menakjubkan. Kisra
Anusyirwan merasa ketakutan. Ketakutan sekali. Dadanya
berdetak begitu kencang. Pupilnya melebar. Keringatnya
mengalir dingin. Dia bergerak selangkah demi selangkah.
Kakinya kaku. Sekaku perasaannya. Dia merasa kekuatannya
tercerabut dari otot-ototnya. Kadang-kadang tersungkur, dan
mendengus.
Istana megahnya dan mashyur itu terguncang
dahsyat. Dahsyat sekali. Dindingnya hancur berkeping-keping.
Empat belas menara lebur ke tanah. Malam itu sebuah ketakutan
menyerang dengan sadis pada hati Kisra. Dia semakin terkulai
lemas dengan mimpi yang dilihatnya waktu belakangan ini.
"Ada apa ini. Sungguh tidak biasanya!" Sang Kisra
menapakkan kakinya dengan cemas yang menggerogoti jiwanya.
Dengan suara pelan penuh ketakutan.
Pagi-paginya sang Kisra menceritakan pada Ulama Majusi untuk meneliti persoalan
itu. Rasa takutnya kian bertambah saat kejadian demi kejadian menimpa istana.
Malam kedua belas. Tepat malam itu danau Saveh hilang
secara tiba-tiba. Seribu tahun lamanya sebuah api yang berkobar
dan dihidupkan dengan takdzim oleh orang-orang Majusi.
Setiap hari, di perapian itu, kayu-kayu bakar dimasukkan ke
dalam tungkunya agar api abadi. Agar tak berkurang sedetikpun.
Pada malam itu, padam seperti api lainnya.
Orang-orang Majusi berlarian, ingin menyaksikan keajaiban
apa yang telah terjadi di luar sana. Ruangan itu tetiba menjadi
dingin seperti diliputi es. Sebongkah perapian yang cukup
besar hilang. Rasa terkejut membuat mereka kehilangan akal.
Mereka meminta bantuan dan mencari solusi sebab api yang
hilang. Sebuah bola api besar jatuh menimpa mereka. Ulama.
ulama mereka sudah paham bahwa sang bintang kejora, sang
bulan purnama pembawa perubahan, Ahyat namanya, sudah
datangs. Sebagaimana ditulis oleh Injil.
Sementara jauh sebelumnya, ulama Majusi telah
meramalkan kedatangan sang rembulan bernama Ahyat itu,
kesumat benci membakar hati orang-orang Majusi.
Tak jauh dari sana. Burung pembawa berita begitu cepat
mengepakkan sayapnya. Ada kabar baasyiran wa nadiiraa,
yang ingin dia sampaikan.
Kejadian itu terjadi di Persia dan terdengar hingga ke Makkah. Sebuah peristiwa mencengangkan.Menakjubkan. Dan menyentak jiwa. Sebuah kejadian yang terjadi pada malam kedua belas akan terus abadi dalam ukiran sejarah. Hikayat yang akan terus dikenang meski sang pembawaperubahan itu benar-benar pulang. Seorang manusia yangdatangnya telah mereka damba dan sejarah telah mencatatnya.
Waktu terus berdetak. Langkah terus berjejak. Selang
beberapa saat, segala sesuatu yang terjadi di kota Saveh Persia
telah terdengar ke berbagai daerah. Bahkan burung-burung
juga merasakan kejadian menakjubkan ini. Kicauannya
beralun merdu.
Mereka para sekawanan burung menari-nari
di rerantingan. Bagaimana tidak, ditempat ini danau Saveh
yang dikenal sebagai laut kecil secara mendadak surut dan
hilang ditelan masa. Ada apa. Dan juga kenapa? Sungguh sang
pembawa perubahan, sebagaimana kata Ulama Majusi, telah
dilahirkan.
Meski masyarakat sekita menganggap itu adalah
danau suci. Dan juga tetangganya lembah Sungai Samawa di
sekitar Syam yang sudah turun temurun kering. Tiba-tiba airnya
mengalir. Masyarakat berhamburan ke atas bukit.
Dalam ketakutan yang mencekam, Kisra Anusyirwan
memerintahkan kepada ulama Muydzan, "Segera pergi ke
tempat para peramal dan selidiki kejadian ini!"
Cukup sempurna ketakutan sang Kisra. Hingga dengan
terburu-buru dia perintahkan nayakanya untuk mencari sumber
penyebab kejadian itu. Sementara sang peramal dari Ulama-
ulama Yabhudi sudah mengetahui kejadian itu, bahwa sang bayi
dan bintang kejora pembawa perubahan sudah dilahirkan.
"Wahai Tuan, peramal Syik telah wafat dan peramal Satih
sudah terlalu tua"
"Segera pergi ke tempat Satih. Tanyakan tentang segala
sesuatu yang telah terjadi!"
Selamat datang
Di Makkah, malam masih merambat dengan tenang.
Gelapnya sangat sempurna. Desau angin bergemuruh
menggambarkan kebahagiaan. Langit tak henti-hentinya
bergerak. Bintang-bintang mengalir satu per satu.
Para peramal membisu tak berkata sepatah kata pun. Seluruh jin
dan setan yang mendapat berita dari langit seketika terputus.
Bahkan mereka terusir dari langit. Rahmat turun begitu deras
membasahi bumi. Kegersangan Makkah akan berlalu. Cinta dan rindu
berkumpul menjadi satu.
Ini akan menjadi awal dan akhir dari historisnya seorang
nabi. Dia lahir untuk menggenapkan batu-bata, penyempure na
bangunan, dan menebar rahmat pada semua penjuru.
Kuncup hati merekah. Berdetak dan berdenyar-denvar
Hujan mnengalir dari sungai kebahagiaan. Kupu-kupu
mengepakkan sayapnya. Burung-burung merpati terbang untuk
berjaga-jaga. Laba-laba mulai merajut jaring-jaringnya. Tak ada
yang diam, semua makhluk berada di kuncup cerianya.
Di bawah sana, seelkor ular lari menuju gua melihat dirinya.
Awan berhenti untuk memberinya tempat berteduh. Jantung
matahari berhenti dalam detak. Napas bumi diam merajut
makna dalam tafakkurnya. Danau, Sawah, semuanya mengering,
meneguk air seolah menelan ludahnya.
Wajah kesedihan para wanita lenyap tanpa bekas. Empat belas menara istana Persia
Kisra jatuh berkeping-kepibg. Bebatuan memberikan salam;
Ashalatu wassalanu alaika ya Rasulullah."
Ada apa ini? Tak semestinya dunia menjadi tenang.
Hewan buas bernama serigala menunjukkan persahabatannya
dengan manusia. Air susu mengalir dari hewan-hewan yang
mandul. Penyakit yang puluhan tahun seketika sembuh berkat
kelahirannya.
Malam berlalu seiring menyingsingnya fajar pagi.
"Ahyat!"
"Ahyat!"
"Ahyat!" teriaknya ulama Yahudi itu. Langkahnya berhenti
sejenak. Ada gumpalan perasaan yang ingin meledak dari
dadanya. Dia begitu terkejut. Marah dan cemburu.
"Wahai orang-orang Yahudi, Ahyat telah lahir!"
Senin, 12 Rabi'ul Awwal 571 M
Makkah masih bergeliat dalam tidur panjangnya. Fajar
terbit mengecup bebatuan dengan senyum hangatnya. Wanita
iu lari menyingsing baju bawahnya. Napasnya tersengal-
sengal, Bahagia sekali.
Dia lari menuju rumah tuannya untuk
memberikan kabar gembira. Tuannya masih bertanya-tanya.
Perihal apakah yang dibawa oleh budakku ini.
"Apa yang telah terjadi pada dirimu?" Wanita lanjut usia itu
mengatur napasnya.
"Kabar gembira Tuanku!
Raut muka Abu Lahab ikut tertarik untuk mendengarkan.
Berita apakah yang dibawanya. Ini sepertinya menarik. Apa
yang terjadi.
"Apakah kabar ini sangat penting sehingga engkau
harus berlari-lari, duhai budakku?"
"Ya, Tuan. Ini mengenai keponakanmu. Anak Abdullah
telah lahir!"
Watak Abu Lahab yang sekeras batu itu seketika berubah
menjadi lembut. Ada semacam semburat kebahagiaan yang
menyirami hati Abu Lahab. Dengan cepat dia berdiri dari
duduknya. Sungguh baginya saat itu adalah kebahagiaan yang
sangat berarti.
"Benarkah?" tanyanya.
lya benar, Tuanku. Dia lahir menjelang pagi. Lahir dengan
membawa keajaiban. Bayi itu menjadi perbincangan dari lisan
ke lisan. Dari hati ke hati. Tubuhnya harum semerbak. Wajahnya
bersinar. Dia alirkan keberkahan. Sungguh, bayi itu Tuan, sangat
menakjubkan". Tutupnya Suwaibah dengan senyum renjananya
dan penuturan yang sangat sempurna.
Abu Lahab berseru bagaikan batu yang terlepas dari
bongkahannya. "Oleh karena itu, kamu Suwaibah. aku
merdekakan!"
Wanita itu diam sejenak. Tubuhnya tertunduk lesu. Bukan
karena tidak bahagia. Tapi dia kurang percaya. Sungguh baginya
bayi itu telah memilih Suwaibah orang pertama mendapatkan
aliran rahmat dan barakahnya.
Bagaimana tidak bahagia seorang Suwaibah? Dia lahir untuk menjadi budak. Besar untuk menjadi budak. Tapi setelah bayi agung itu dilahirkan, sang Tuan Abu
Lahab memerdekakan. Salah satu kebahagiaan yang tidak bisa diceritakan.
Atas keberkahan dan rahmat dari bayi itu, kebahagiaan
Abu Lahab, sang paman masih diterima oleh Allah, sebagai
penghormatan pada keponakannya yang baru dilahirkan. Maka
pada setiap hari senin, siksa Abu Lahab oleh Allah di neraka
kelak diringankan.
Senin, semua tempat diselimuti keheningan.
Senin semesta penuh dengan barakah.
Allah menciptakan pepohonan dan tumbuh-tumbuhan
pada hari senin.
Setiap insan memohon kepada Allah untuk memulai semua
urusannya pada hari senin.
Nabi Ibrahim menyelesaikan pembangunan Ka'bah pada
hari senin.
Nabi Musa mendaki ke Gunung TIsursina pada hari senin
Nabi Idris diangkat ke langit pada hari senin.
Posting Komentar untuk "Novel Muhammad Sang Bintang Kejora"